Mengenai Saya

Foto saya
Pandaan, Jawa Timur, Indonesia
Belajar dikit demi sedikit, daripada gak sama sekali :-D

Jumat, 12 Desember 2008

Hidayat Nurwahid Minta MUI Fatwa Golput Haram

Diambil dari Jawa Pos

Sabtu, 13 Desember 2008

JAKARTA - Ketua MPR Hidayat Nurwahid sangat mengkhawatirkan tingginya potensi golput dalam pemilu. Dalam realitasnya, sejumlah hasil pilkada di tanah air memang sudah membuktikannya. Rata-rata angka golput lebih dari separo jumlah pemilih sah.
Menurut Hidayat, umat Islam sebagai mayoritas penduduk di Indonesia harus disadarkan untuk menggunakan hak pilihnya. Salah satu jalan yang bisa ditempuh adalah dengan mengeluarkan fatwa yang mengharamkan golput.

''Penting bila ormas-ormas Islam, terutama MUI, membuat fatwa tentang haramnya golput dan wajibnya memilih,'' kata Hidayat yang juga anggota Majelis Syura DPP PKS itu.

Dia menyadari, dalam kerangka undang-undang, memilih itu memang tidak wajib. Tetapi, imbuh Hidayat, dalam konteks kemaslahatan umat, saat ini penting ada fatwa itu. ''Terserah nanti umat mau memilih partai mana saja sesuai nuraninya. Yang penting, umat memilih,'' ujarnya.

Hidayat merasa fatwa itu tidak berlebihan. Apalagi, imbuhnya, ada juga tokoh nasional yang dengan tegas menyerukan golput. Meskipun NU secara resmi sudah mengeluarkan fatwa wajib memilih. ''Makanya, umat perlu didudukkan pada proporsi sebenarnya. Mereka perlu mendapatkan penjelasan,'' tegasnya.

Hidayat optimistis fatwa MUI tentang golput haram akan menjadi fatwa populis. Sebab, fatwa itu bukan untuk memperdalam perbedaan partai Islam dan nasionalis sekuler. ''Fatwa ini akan mendorong umat menyukseskan demokrasi. Kalau persentase mereka yang memilih sangat tinggi, insya Allah kualitas demokrasi akan meningkat,'' jelasnya. Apakah fatwa itu akan efektif? ''Itu akan terlihat setelah pemilu,'' jawabnya. (pri)

Bagaimana Pendapat anda terhadap ide dari Ketua MPR RI tersebut di atas? Perlukah hal tersebut dilakukan? Perlukah PKS introspeksi terhadap kinerja dan komitmennya? Apakah dengan ini bisa dijamin PKS akan mampu memperjuangkan ideologi awalnya yang mungkin masih mewakili aspirasi ummat islam?

Baca selengkapnya......

Kamis, 11 Desember 2008

Jangan Menunda Taubat

Setelah ular itu menjadi besar dilatih untuk melakukan permainan
yang lebih berbahaya, di antaranya membelit tubuh pelatihnya.
Sesudah berhasil melatih ular itu dengan baik, pemain sirkus itu
mulai mengadakan pertunjukkan untuk umum. Hari demi hari jumlah
penontonnya semakin banyak.


Uang yang diterimanya semakin besar.
Suatu hari, permainan segera dimulai. Atraksi demi atraksi silih
berganti. Semua penonton tidak putus-putusnya bertepuk tangan
menyambut setiap pertunjukkan. Akhirnya, tibalah acara yang
mendebarkan, yaitu permainan ular. Pemain sirkus memerintahkan ular
itu untuk membelit tubuhnya. Seperti biasa, ular itu melakukan apa
yang diperintahkan. Ia mulai melilitkan tubuhnya sedikit demi
sedikit pada tubuh tuannya. Makin lama makin keras lilitannya.
Pemain sirkus kesakitan. Oleh karena itu ia lalu memerintahkan agar
ular itu melepaskan lilitannya, tetapi ia tidak taat. Sebaliknya ia
semakin liar dan lilitannya semakin kuat. Para penonton menjadi
panik, ketika jeritan yang sangat memilukan terdengar dari pemain
sirkus itu, dan akhirnya ia terkulai mati.
Hikmah:
Kadang dosa terlihat tidak membahayakan.
Kita merasa tidak terganggu dan dapat mengendalikannya.
Bahkan kita merasa bahwa kita sudah terlatih untuk mengatasinya.
Sering kita mengatakan, nanti saja saya taubat.
Tetapi pada kenyataanya,
apabila dosa itu telah mulai melilit dan menguasai hidup kita,
sukar untuk dapat melepaskan diri lagi daripadanya.
JANGAN PERNAH MENUNDA UNTUK BERTAUBAT!

Baca selengkapnya......