Mengenai Saya

Foto saya
Pandaan, Jawa Timur, Indonesia
Belajar dikit demi sedikit, daripada gak sama sekali :-D

Sabtu, 26 Januari 2008

Gerilya Propaganda AS Terhadap Iran

Monday, 31 December 2007
Gerilya Propaganda AS Terhadap IranAS kembali berupaya menggalang kemufakatan regional Timur Tengah untuk mendiskreditkan Republik Islam Iran.
Meski bukan tergolong kebijakan baru bagi AS untuk merangkul negara-negara Arab Teluk Persia dan Timur Tengah untuk menentang program nuklir Iran, namun kali ini Gedung Putih juga mencantumkan program dalam rangka mereduksi peran Iran di Iran di kawasan. Oleh sebab itu, tak lama setelah dirilisnya statemen bersama Uni Eropa dan Dewan Kerjasama Teluk Persia (GCC) soal program nuklir Iran, Wakil Presiden AS, Dick Cheney, langsung memulai lawatannya ke Timur Tengah selama sepekan. Cheney secara mendadak berkunjung ke Irak dan Uni Emirat Arab, kemudian melanjutkan lawatannya ke Arab Saudi. Sebelumnya memulai kunjungannya, Cheney mengemukakan bahwa masalah program nuklir Iran dan prakarsa perdamaian Arab untuk krisis di Palestina, akan menjadi prioritas dalam perundingannya dengan para pejabat tinggi Irak, Uni Emirat Arab, Arab Saudi, Mesir, dan Jordania. Bersamaan dengan kunjungan Cheney ke Baghdad, Irak, Presiden AS George W. Bush, dalam konferensi persnya di Washington menyatakan, kunjungan Cheney dimaksudkan untuk mereduksi peran Iran di Teluk Persia dan Timur Tengah. Bush juga menegaskan bahwa Cheney membawa misi untuk memperkuat basis penentangan terhadap Iran. Dikatakannya pula, AS dan sekutunya di kawasan menyadari dampak buruk dari penggapaian senjata destruksi massal oleh Iran dan untuk mencegah hal tersebut Gedung Putih meminta seluruh negara regional bergabung dengan AS. Adapun Cheney baru memaparkan tujuannya ke kawasan seusai lawatannya ke Irak dan Uni Emirat Arab. Pernyataan Cheney tidak berbeda dengan Bush hanya saja lebih ekstrim bahkan mengancam akan menyerang Iran. Ancaman serangan itu dikemukakan Cheney di atas dek sebuah kapal induk AS yang berpatroli di perairan Teluk Persia. Tampaknya Cheney beranggapan bahwa ancamannya itu akan mengena sasaran jika dikemukakan disampaikan di atas kapal tempur raksasa. Cara-cara diplomasi seperti ini memang sudah sejak dahulu digalakkan politisi AS. Hal serupa juga pernah dilakukan para politisi AS dalam krisis yang terjadi di Amerika Latin. Cheney mengatakan kehadiran kapal induk AS di perairan Teluk Persia merupakan pesan tegas bagi sahabat dan musuh AS di kawasan. Cheney mengklaim kehadirannya di kawasan adalah dalam rangka memberikan ketenteraman kepada pihak yang tengah menderita, melaksanakan keadilan bagi para musuh kebebasan, serta mencegah penggapaian senjata destruksi massal oleh Iran. Penekanan Cheney terhadap opsi militer dalam menghentikan program nuklir Iran, menunjukkan propaganda baru Gedung Putih terhadap Iran. AS kian meningkatkan gerilya propagandanya menjelang berakhirnya ultimatum dalam resolusi Dewan Keamanan PBB nomor 1747 agar Teheran menghentikan aktivitas pengayaan uraniumnya. Kini bukan hanya program nuklir saja yang menjadi acuan AS melainkan kebijakan luar negeri Iran secara keseluruhan untuk mengupayakan resolusi yang lebih ekstrim lagi terhadap Iran. Sebelum Cheney, sejumlah pejabat tinggi Gedung Putih lainnya termasuk Menlu AS, Condoleezza Rice, juga berupaya merangkul para pemimpin negara-negara Teluk Persia dan Timur Tengah untuk mendukung politik AS terhadap Iran. Namun upaya tersebut kandas karena negara-negara regional justeru mengkritik kebijakan AS di kawasan. Bagi negara-negara Arab, pendudukan atas Irak dan konflik di Palestina merupakan jantung krisis Timur Tengah. Menurut mereka, masalah yang harus diwaspadai adalah upaya AS dan Rezim Zionis Israel untuk menggelar perang baru di kawasan. Faktanya adalah bahwa AS gagal mencapai targetnya di Irak sementara posisi pasukan koalisi pimpinan AS di Afghanistan juga dinilai sangat rentan. Eskalasi aksi teror di Irak dan bangkitnya kembali kekuatan Taleban di sejumlah wilayah Afghanistan, merupakan sinyalemen kuat kegagalan militerismeAS di kawasan.Rangkaian kegagalan AS di Timur Tengah ditambah panjang dengan kekalahan Rezim Zionis dalam menghadapi serangan para pejuang Lebanon. Para pengamat menilai, kemenangan gerakan Hezbollah Lebanon dalam pertempuran selama 33 hari menghadapi agresi militer Israel, sebagai kekalahan AS. Alasannya, selain mendukung Rezim Zionis Israel, seperti yang dikemukakan Sekjen Hezbollah, Sayyid Hasan Nasrullah, AS juga merupakan arsitek perang tersebut. Adapun propaganda baru AS untuk mengesankan bahaya program nuklir dan kebijakan luar negeri Iran, adalah untuk menutupi kegagalannya di kawasan dan mengurangi kritikan terhadap kinerja pemerintahan Bush. Dalam hal ini, AS mengemukakan klaim-klaim infaktual bahwa Iran mencampuri urusan dalam negeri Irak. Sebulan sebelum kunjungan Cheney ke Timur Tengah, Menteri Pertahanan AS, Robert Gates, awal April lalu berkunjung ke kawasan dan berunding dengan politisi Rezim Zionis Israel, Mesir, dan Jordania. Dikatakannya, perundingan keamanan dengan dengan Jordania, Mesir, dan Israel, difokuskan untuk menekan peningkatan peran regional Iran dan memonitor aktivitas gerakan Hezbollah. Jaringan pemberitaan BBC 18 April 2007 melaporkan bahwa Raja Jordania mengharapkan dukungan AS terhadap prakarsa perdamaian Arab untuk Palestina. Namun Robert Gates menyatakan bahwa dukungan negaranya terhadap prakarsa perdamaian Arab sangat bergantung pada dukungan Arab terhadap kebijakan regional AS. AS sangat berharap klaim-klaim yang tak pernah terbukti kebenarannya itu dapat menyudutkan Iran. Namun masalahnya transformasi di Teluk Persia dan Timur Tengah sama sekali tidak berpihak pada AS. Gelombang kebangkitan Islam juga telah melampaui kawasan Timur Tengah. Pengalaman di Vietnam, Somalia, dan Afghanistan menjunjukkan bahwa kehadiran pasukan AS tidak menghasilkan apapun kecuali instabilitas dan ketidakamanan.
Last Updated ( Monday, 07 January 2008 )

0 komentar: